Selasa, 23 November 2010

Redam Kebisingan dengan Jerami

Redam Kebisingan dengan Jerami

KOMPAS.com - Peredam suara berbahan karpet? Itu sudah biasa. Tapi, bagaimana kalau peredam suara itu menggunakan bahan-bahan yang semula dianggap sampah, seperti jerami? Selain bisa meredam kebisingan dan membuat ruang dengar Anda nyaman, penggunaan bahan itu juga memiliki semangat daur ulang. Keren kan ....

Budi Santoso, Novita Sari dan Elis Kartika Sari, siswa-siswa dari SMK Boedi Oetomo 2 Gandrungmangu, Cilacap, Jawa Tengah berusaha meniciptakan peredam suara dari bahan jerami padi. "Kami merasa, jerami padi itu melimpah di daerah kami, tetapi pemanfaatannya kurang efektif. Makanya kami memanfaatkan jerami untuk peredam suara," kata Elis mengungkapkan alasan pembuatan peredam suara berbahan jerami tersebut, Senin (22/11/2010) di Depok.

Diakui para peneliti remaja itu, kreasi peredam suara berbahan dasar jerami ini bukanlah yang pertama. "Sebelumnya, pernah ada yang membuat peredam suara dari bahan jerami, tetapi perekatnya menggunakan semen, jadi berat. Di sini, kami menggunakan perekat dari bahan kanji dan resin," tandas Elis mengungkapkan nilai kebaruan dari penelitiannya.

Untuk melakukannya, Elis bersama rekannya mengumpulkan jerami dan mengeringkannya terlebih dahulu. Setelah kering, jerami tersebut dipotong menjadi bagian-bagian kecil. Selanjutnya, jerami dicampur dengan bahan perekat, ada juga yang dicampur dengan kanji yang dicampur air, ada pula yang dicampur dengan resin yang sudah dicampur dengan kloroform.

Jumlah jerami yang dicampur dengan perekat disesuaikan dengan ukuran peredam suara yang akan dibuat. Untuk ukuran 10 x 10 cm misalnya, jumlah jerami yang dibutuhkan adalah 100 gram. "Setelah dicampur, campuran jerami dan bahan perekat dicetak, bisa berbentuk bulat, bisa juga berbentuk kotak atau yang lain. Kemudian, bahan ini di-press dengan alat press," terang Elis menguraikan langkah selanjutnya.

Elis telah menguji keefektifan peredam suara berbahan jerami ini. Ia menggunakan sebuah kotak kayu yang dilubangi di bagian atasnya. Lubang bagian atas tersebut kemudian dihubungkan dengan pipa pralon kecil. Bagian kotak kayu diisi dengan sumber suara dan bagian tengah pipa diisi dengan peredam berbahan jerami. Selanjutnya, pengukuran suara setelah diredam dengan jerami dilakukan menggunakan alat bernama Sound Level Meter.

"Untuk campuran jerami dengan kanji, koefisien penyerapan suaranya adalah 0,27. Kalau campuran jerami dengan resin, koefisien penyerapannya adalah 0,51," jelas Elis. Bisa dikatakan, kebisingan yang ditimbulkan oleh sumber suara berkurang sekitar 27 persen dan 51 persen. Jika koefisien penyerapannya adalah 1, maka tak ada lagi suara dari sumber kebisingan yang terdengar. Saat kompas.com mencoba alat ini, volume suara memang berkurang, namun suara masih terdengar.

Lalu, di mana alat ini seharusnya diaplikasikan? Budi santoso mengungkapkan, "Bisa dipasang di dinding atau di bagian dalam mobil misalnya." Ia menjelaskan, jerami bisa dipasang di dalam mobil bagian atas dan samping, kemudian dilapisi bahan seperti fiber untuk menutupnya. Bahan jerami ini juga bisa dipakai untuk membuat ruangan kedap suara, menggantikan bahan peredam suara yang ada saat ini.

Ditanya tentang jumlah jerami yang dibutuhkan untuk melapisi bagian dalam mobil, Budi mengatakan bahwa timnya belum siap mengaplikasikan hingga sejauh itu. Menurutnya, masih perlu langkah lanjut untuk mewujudkannya.

Ide pembuatan peredam suara dari jerami ini dipresentasikan dalam Loba Karya Ilmiah Remaja ke 42 yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Depok, Jawa

kopas mania:    http://sains.kompas.com/read/2010/11/22/23144919/Redam.Kebisingan.dengan.Jerami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar